Arina.id – Allah menjelaskan bahwa Lailatul Qadar lebih mulia dari seribu bulan. Pada malam itu, kata Allah, para malaikat dan ruh Jibril turun ke bumi untuk mengatur semua urusan. “Sejahteralah (malam) itu sampai fajar,” demikian akhir dari Surat Al-Qadr.
Salah satu keistimewaan Lailatul Qadar karena ibadah yang dilakukan pada malam tersebut lebih baik daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan. Artinya, seorang hamba yang menghidupkan malam ini dengan ketakwaan dan ketulusan akan mendapatkan pahala yang tidak terhitung banyaknya. Allah memberi kesempatan untuk mendapatkan pengampunan dosa dan rahmat yang melimpah.
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.”
Menurut Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir, malam Lailatul Qadr, adalah malam yang penuh kemuliaan dan keistimewaan. Kenapa mulia? Karena Al-Qur’an turun pada malam tersebut. Simak keterangan Syekh Wahbah Zuhaili:
سميت سورة القدر أي العظمة والشرف تسمية لها بصفة ليلة القدر الذي أنزل الله فيها القرآن، فقال سبحانه: {إِنّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ} أي في ليلة عظيمة القدر والشرف
Artinya: “Surat ini dinamakan Al-Qadr, yang berarti kebesaran dan kemuliaan, sebagai penamaan yang merujuk pada sifat Lailatul Qadar, malam yang di dalamnya Allah menurunkan Al-Qur’an. Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam Al-Qadr”, yaitu pada malam yang memiliki kedudukan dan kemuliaan yang agung.” (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, [Beirut: Darul Kutub, 1991 M], Jilid XXX, hlm, 330).
Lantas kapan terjadi malam Lailatul Qadar? Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar. Mayoritas ulama sepakat bahwa Lailatul Qadar merupakan malam istimewa yang terjadi di bulan Ramadan. Perbedaan pendapat muncul mengenai apakah malam tersebut dapat terjadi di seluruh malam Ramadan atau hanya dalam sepuluh malam terakhirnya.
Pendapat pertama menyatakan bahwa Lailatul Qadar bisa terjadi di sepanjang bulan Ramadan. Artinya, setiap malam dalam bulan suci ini memiliki kemungkinan sebagai malam Lailatul Qadar, sehingga umat Islam dianjurkan untuk selalu meningkatkan ibadah mereka sejak awal hingga akhir Ramadan.
Pendapat kedua, yang dianut oleh mayoritas ulama, menyatakan bahwa Lailatul Qadar hanya terjadi dalam sepuluh malam terakhir Ramadan. Lebih lanjut, malam-malam ganjil dalam periode ini dianggap memiliki kemungkinan lebih besar. Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa jika malam ganjil tersebut bertepatan dengan malam Jumat, maka kemungkinannya semakin kuat.
Menurut Imam Syafi’i radhiyallahu ‘anhu, Lailatul Qadar kemungkinan besar terjadi pada malam ke-21 atau ke-23. Pendapat ini didasarkan pada hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa Nabi melihat tanda-tanda Lailatul Qadar pada malam ganjil dan pada pagi harinya sujud dalam keadaan berlumuran tanah dan air. Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim, peristiwa ini terjadi pada malam ke-21, sementara menurut riwayat Muslim, terjadi pada malam ke-23.
( وميل الشافعي رضي الله عنه إلى أنها ) أي : تلك الليلة المعينة ( ليلة الحادي ) والعشرين ( أو ) ليلة ( الثالث والعشرين ) لأنه صلى الله عليه وسلم { أريها في العشر الأواخر في ليلة وتر منه وأنه سجد صبيحتها في ماء وطين } فكان ذلك ليلة الحادي والعشرين كما في الصحيحين وليلة الثالث والعشرين كما في مسلم
Artinya: “Dan kecenderungan Imam Asy-Syafi’i ra. adalah bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam tertentu, yaitu malam ke-21 atau malam ke-23. Hal ini berdasarkan hadits bahwa Rasulullah diperlihatkan Lailatul Qadar dalam sepuluh malam terakhir pada malam ganjil, dan beliau sujud pada pagi harinya dalam keadaan berlumuran air dan tanah. Peristiwa ini terjadi pada malam ke-21 sebagaimana disebutkan dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), dan pada malam ke-23 sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim.” (Imam Mawardi, Al-Hawi al-Kabir, (Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1999 M), Jilid III, halaman 484).
Sementara itu, Ubay bin Ka’b meyakini dengan bersumpah bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27. Ibnu Abbas mendukung pendapat ini dengan menganalisis jumlah kata dalam Surat Al-Qadr, ayat “سلام هي” berada pada urutan ke-27. Sebagai tanda lainnya, ia mengamati bahwa matahari terbit pada pagi harinya tanpa sinar yang menyilaukan.
Ada pendapat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25 Ramadan. Hal ini berdasarkan hadits yang menyebutkan bahwa beberapa sahabat bermimpi dan sepakat bahwa Lailatul Qadar terjadi di pertengahan sepuluh malam terakhir Ramadan.
Lebih lanjut, sebagian ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-24 Ramadan. Pendapat ini merujuk pada riwayat dari Watsilah bin al-Asqa’, yang menyebutkan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada tanggal 24 Ramadan, sehingga ada yang beranggapan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam tersebut.
Ketiga, pandangan lain yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar tidak terbatas hanya pada bulan Ramadan, tetapi berputar di sepanjang tahun. Pandangan ini menekankan bahwa malam tersebut tetap tersembunyi agar umat Islam terus meningkatkan ibadah mereka sepanjang waktu, tidak hanya pada bulan Ramadan.
Hikmah Disembunyikan Malam Lailatul Qadar
Syekh Abdul Hamid Qudus dalam kitab Kanzun Najah, halaman 85 menyatakan Allah merahasiakan malam Lailatul Qadar agar umat Islam tidak hanya beribadah pada satu malam tertentu, melainkan memperbanyak ibadah di sepanjang bulan Ramadhan, terutama di sepuluh malam terakhir.
Jika waktu pasti Lailatul Qadar diketahui, banyak orang mungkin hanya akan beribadah pada malam itu dan mengabaikan malam-malam lainnya. Dengan merahasiakan waktunya, umat Islam didorong untuk tetap konsisten dalam beribadah sepanjang Ramadhan. Ini menjadikan ibadah bukan hanya sebagai rutinitas musiman, tetapi sebagai kebiasaan yang berkelanjutan sepanjang hidup.
Di samping itu, disembunyikannya malam Lailatul Qadar juga menjadi bentuk ujian bagi keimanan seseorang. Mereka yang benar-benar tulus dalam beribadah akan tetap bersemangat menjalankan ibadah sepanjang Ramadan, bahkan sepanjang tahun, tanpa hanya mengandalkan kepastian waktu tertentu. Dengan begitu, mereka yang sungguh-sungguh mencari ridha Allah SWT akan mendapatkan pahala yang lebih besar karena kesabaran dan keteguhan mereka dalam beribadah.
Simak penjelasan Syekh Abdul Hamid Qudus Berikut
واختلفوا في وقت ليلة القدر، وكلّ استدل على قوله بما يطول الكلام به. فأكثر أهل العلم أنها مختصة برمضان. وإذا قلنا: إنها فيه، فهل هي في كل رمضان أو في العشر الأواخر منه فقط؟ قولان؛ أحدهما: أنها في كل الشهر، وثانيهما: وهو ما عليه الكثير من أهل العلم أنها مختصة بالعشر الأواخر منه. والغالب كونها في الأوتار، خصوصًا إذا صادف الوتر ليلة جمعة. وقيل: هي دائرة في سائر السنة مخفية فيها لا تختص برمضان. والحكمة في إخفاء ليلة القدر على الناس في شهر رمضان ليعظموا جميعه، ويجتهدوا في سائر لياليه على القول بأنها فيه، أو جميع العشر الأواخر على القول به، أو جميع السنة على القول به. هذا.
Artinya: “Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar, dan masing-masing mengemukakan dalil yang mendukung pendapatnya, yang jika dijelaskan secara rinci akan memakan waktu panjang. Mayoritas ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar khusus terjadi di bulan Ramadan. Jika kita mengatakan bahwa Lailatul Qadar ada di dalamnya, muncul pertanyaan: apakah ia terjadi di setiap malam bulan Ramadan atau hanya pada sepuluh malam terakhir? Ada dua pendapat dalam hal ini.
Pendapat pertama menyatakan bahwa Lailatul Qadar dapat terjadi di sepanjang bulan Ramadan. Sedangkan pendapat kedua, yang dianut oleh mayoritas ulama, menyatakan bahwa ia khusus terjadi pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Dalam sepuluh malam itu, umumnya Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam ganjil, terutama jika malam ganjil tersebut bertepatan dengan malam Jumat. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar berputar di sepanjang tahun dan tersembunyi di dalamnya, sehingga tidak terbatas hanya pada bulan Ramadan.
Hikmah dari disembunyikannya Lailatul Qadar bagi manusia dalam bulan Ramadan adalah agar mereka mengagungkan seluruh bulan tersebut dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di semua malamnya, menurut pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar ada di dalamnya. Atau agar mereka bersungguh-sungguh dalam sepuluh malam terakhirnya, menurut pendapat yang menyatakannya demikian. Atau bahkan agar mereka meningkatkan ibadah sepanjang tahun, menurut pendapat yang menyatakannya demikian. Demikianlah.” (Syekh Abdul Hamid Qudus, Kanzun Najah, halaman 85).
Sementara itu, Imam Ibnu Hajar Al-Asqallani dalam kitab Fathul Bari, menjelaskan ulama menjelaskan bahwa hikmah di balik disembunyikannya malam Lailatul Qadar adalah agar umat Islam lebih bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Jika waktu malam tersebut telah ditentukan secara pasti, maka usaha untuk mendapatkannya akan terbatas hanya pada malam itu saja. Hal ini serupa dengan kasus waktu mustajab pada hari Jumat, di mana jika waktu pastinya diketahui, maka doa hanya akan dipanjatkan pada saat tersebut saja, tanpa adanya dorongan untuk terus beribadah sepanjang hari.
Simak keterangan Imam Ibnu Hajar berikut:
قال العلماء : الحكمة في إخفاء ليلة القدر ليحصل الاجتهاد في التماسها ، بخلاف ما لو عينت لها ليلة لاقتصر عليها كما تقدم نحوه في ساعة الجمعة ، وهذه الحكمة مطردة عند من يقول : إنها في جميع السنة وفي جميع رمضان ، أو في جميع العشر الأخير ، أو في أوتاره خاصة ، إلا أن الأول ثم الثاني أليق به .
Artinya: “Para ulama berkata: Hikmah di balik disembunyikannya malam Lailatul Qadar adalah agar orang-orang bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini berbeda dengan jika malam tersebut telah ditentukan secara pasti, maka upaya pencariannya akan terbatas hanya pada malam itu saja, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dalam kasus waktu mustajab pada hari Jumat. Hikmah ini berlaku bagi mereka yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar dapat terjadi sepanjang tahun, sepanjang bulan Ramadan, sepanjang sepuluh malam terakhir, atau hanya pada malam-malam ganjilnya. Namun, pendapat pertama dan kedua lebih sesuai dengan hikmah tersebut.” (Imam Ibnu Hajar Al-Asqallani, Fathul Bari, [Mesir: Darul Rayyan li Turats, 1986], Jilid IV, halaman 308).
Dengan demikian, disembunyikannya malam Lailatul Qadar bukan tanpa alasan. Ada banyak hikmah yang dapat diambil, baik dari segi spiritual maupun sosial. Umat Islam didorong untuk selalu bersungguh-sungguh dalam ibadah sepanjang Ramadhan, bukan hanya di malam tertentu. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah agar manusia selalu mendekat kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan. Semoga kita semua diberi kesempatan untuk meraih Lailatul Qadar di setiap Ramadhan yang kita lalui.